Ledakan hama atau biasa dikenal dengan "outbreak" memang sangat merugikan pihak petani bahkan dapat menyebabkan gagal panen suatu komoditas tertentu. Saat adanya outbreak dapat dipastikan hama yang menyerang jumlahnya mungkin bisa dua atau tiga kali lipat. Seperti yang sedang marak diperbincangkan saat ini, yaitu adanya ledakan populasi wereng batang coklat dan belalang kumbara. Serangan wereng batang coklat bahkan sudah menyerang lahan pertanian di Indonesia khususnya pulau Jawa dan Sumatera.
Wereng batang coklat yang memiliki nama latin Nilaparvata lugens merupakan hama utama pada tanaman padi. Hama ini memiliki intensitas kerusakan yang cukup luas dan menyerang hampir di setiap musim tanam. Seperti yang telah kita ketahui, wereng batang coklat, bukan merupakan hama baru dalam dunia pertanian. Bahkan sejak tahun 1970, dilaporkan populasi wereng batang coklat terus meningkat. Peningkatan populasi wereng batang coklat ini tentu akan mengancam ketahan pangan karena menurunnya produksi padi. Tahun ini, dunia pertanian digemparkan kembali dengan adanya ledakan populasi wereng batang coklat yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Ledakan populasi wereng batang coklat tahun ini menyerupai ledakan populasi wereng batang coklat pada tahun 2011/2012.
Tahun 2011/2012 serangan wereng batang coklat ini menyerang sentra produksi padi di pulau Jawa dan DIY Yogyakarta sehingga menyebabkan Indonesia harus melakukan impor beras sebanyak dua juta ton untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Tahun ini ledakan populasi wereng batang coklat tidak hanya menyerang pulau Jawa tetapi meluas ke pulau Sumatera dan Sulawesi. Populasi wereng batang coklat setiap tahun memang selalu mengalami peningkatan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan penggunaan pestisida sebagai salah alternatif pengendalian. Menurut Dr. Hermanu Triwidodo peningkatan intensitas penggunaan pestisida menyebabkan meningkatnya populasi wereng batang coklat sebagai akibat faktor resistensi pada hama tersebut. Hal ini semakin menunjukan adanya korelasi antara penggunaan pestisida dengan peningkatan populasi hama. Semakin sering disemprot, populasi hama justru akan semakin meningkat karena hama akan menjadi resisten terhadap pestisida. Semakin sering disemprot pestisida menyebabkan populasi musuh alami semakin menurun bahkan hilang. Hilangnya musuh alami, tentu akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.
Penggunaan pestisida memang tidak dapat dipungkiri lagi, petani pun sebenarnya sudah menyadari dampak dari penggunaan pestisida, apalagi jika digunakan secara berlebihan. Namun, nampaknya para petani seperti tak mempunyai pilihan lain selain menggunakan pestisida untuk pengendaliannya. Hal tersebut yang perlu kita pikirkan bersama sebagai ahli entomologi. Upaya apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi meledaknya populasi wereng batang coklat yang tentu akan mengancam ketahanan pangan di Indonesia.
Rasanya belum selesai permasalahan outbreak wereng batang coklat, dunia pertanian dihebohkan kembali dengan meledaknya populasi belalang kumbara. Berita meledaknya populasi belalang kumbara cukup mengagetkan khalayak, mengingat spesies ini jarang sekali mengalami ledakan populasi seperti yang dilaporkan terjadi di daerah Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Namun, sebenarnya hal tersebut sudah diramalkan oleh ahli entomologi sejak tahun 2016 bahwa kemungkinan akan terjadi ledakan populasi belalang kumbara di daerah Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya populasi belalang kumbara pada tahun 2016 yang di dukung dengan musim hujan berkepanjangan yang terjadi di tahun 2016. Telur belalang kumbara akan menetas pada kondisi kelembaban tertentu, jika terjadi kekeringan, telur belalang kumbara tidak akan menetas. Belalang kumbara merupakan serangga yang hidup soliter jika populasinya sedikit. Namun, jika populasinya banyak belalang kumbara akan hidup secara gregarius (berkelompok). Fase gregarius inilah yang berbahaya, yang merusak pertanaman padi dalam skala luas. Seperti yang saat ini terjadi di Waingapu, Sumba Timur, NTT belalang kumbara memasuki fase gregarius dan bergerak (migrator) untuk mencari makan mengikuti arah angin dari arah utara menuju barat. Serangan belalang kumbara yang terjadi di Waingapu, Sumba Timur, NTT ini tidak hanya menyerang lahan pertanian, namun sudah merambah ke perumahan. Bahkan, Bupati Waingapu, sudah menetapkan kejadian ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Melihat dan mencermati dua kejadian ini. Bagaimana peran kita sebagai ahli entomologi? Bagaimana langkah kita untuk mencegah bahkan mungkin menanggulangi ledakan populasi hama yang terjadi? Jawabannya mungkin terdengar klise, namun semuanya kita kembalikan kepada keseimbangan alam, keseimbangan ekosistem. Penyebab utama ledakan populasi hama, salah satunya berasal dari perbuatan manusia sendiri yang tidak bijak dalam mengelola alam, mengelola lahan pertanian. Hal tersebut terlihat dari penggunaan pestisida berlebihan yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Walaupun sudah sering dibahas dan diangkat sebagai topik permasalahan, nampaknya penggunaan pestisida berlebihan ini masih menjadi kendala yang harus dihadapi bersama oleh pihak-pihak terkait.