

Meski sengatannya bisa mematikan, namun habitat tawon tak bisa dimusnahkan begitu saja. Sebab, risikonya bisa merusak rantai makanan yang sudah ada. Yang bisa diupayakan yakni menekan populasinya. Salah satu langkah awal misalnya, meneliti masa jeda reproduksi tawon. Fenomena sarang tawon Vespa Affinis yang terjadi sepanjang 2017-2018 cukup meresahkan warga Klaten. Hampir seluruh wilayah kecamatan melaporkan keberadaan tawon yang mengancam keselamatan warga.
Ledakan jumlah laporan sarang tawon yang berada di permukiman warga itu direspons Pemkab Klaten dengan menggelar rapat khusus pada akhir Desember 2018. Ini menyangkut kebijakan yang akan segera diambil dalam mengendalikan populasi tawon Vespa Affinis.
”Upaya yang sudah kami lakukan sosialisasi melalui berbagai media sosial sehingga warga menjadi tahu dan memahami apa yang harus dilakukan ketika ada sarang tawon. Termasuk menghadirkan narasumber ahli toksiologi dan peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI dalam sosialisasi Januari ini,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan dan Bina Potensi Masyarakat Satpol PP Klaten Endang H.S. beberapa hari lalu.
Penjajakan kerja sama dengan LIPI juga dilakukan untuk penelitian tawon di Klaten. Harapannya penelitian dapat segera dilakukan sehingga bisa dirumuskan formulasi dalam pengendalian tawon. ”Komunikasi secara intensif dengan LIPI terhadap perkembangan tawon Vespa Affinis sudah dilakukan satu tahun belakangan. Saat ini kami tengah menunggu balasan dari LIPI untuk tindak lanjutnya,” papar Endang.
Anggota Damkar Klaten sekaligus tim operasi tangkap tawon (OTT) Klaten Eddy Setyawan mengungkapkan, penelitian perlu dilakukan. Itu mengingat pemberantasan sarang tawon dikhawatirkan justru merusak rantai makanan yang menyebabkan ledakan hama lainnya. Ini tentu juga akan mengganggu lahan pertanian di Klaten yang selama ini dikenal sebagai lumbung pangan nasional.
Terpisah, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Hari Nugroho menuturkan, LIPI berkomitmen untuk membantu upaya pengendalian populasi tawon. ”Jika biasanya tawon berada di perkebunan dan hutan, tapi kini banyak ditemui di rumah warga. Ini dikarenakan yang menjadi habitat mereka semakin berkurang sehingga beralih ke permukiman warga,” jelas Hari.
Tawon semakin nyaman bersarang di rumah warga. Sebab, mereka terhindar dari hujan serta gangguan para predatornya. Hari tidak setuju jika populasi tawon langsung dimusnahkan karena bisa menganggu ekosistem yang ada, termasuk peningkatan hama pertanian. Maka dari itu, dirinya lebih menekankan untuk pengendalian populasi.
”Salah satu cara yang kami tawarkan adalah membuat perangkap tawon yang terbuat dari botol air kemasan. Di dalamnya terdapat cairan alkahol dan bahan fermentasi lainnya yang dapat menarik tawon. Harapannya tawon bisa masuk ke dalam perangkat dan akhirnya mati,” jelas Hari.
Dari sana akan dilihat lebih lanjut, apakah tawon yang terjebak di perangkap merupakan jenis tawon ratu atau tidak. Pasalnya, tawon ratu menjadi satu-satunya yang bisa bereproduksi menghasilkan ratusan tawon lainnya. Jika lebih banyak jenis tawon ratu yang tertangkap, maka itu sedang masa reproduksi.
”Di negara empat musim, pengendali kontrol alaminya saat memasuki musim dingin. Sedangkan di negara kita belum diketahui sehingga perlu diteliti kapan waktu tawon ada masa jeda reproduksi. Apakah kondisi panas di negera kita ini membuat tawon jenis Vespa Affinis merasa nyaman dan membuat begitu agresif atau seperti apa,” papar Hari.
Mengapa sengatan tawon bisa sampai mematikan? Pakar toksilogi Tri Maharani menerangkan, sengatan tawon Vespa Affinis lebih ke hemolysis. Bisa merusak sel-sel jantung karena proses inflamasi sangat banyak. Termasuk menyerang secara sistemik berupa pusing, diare hingga kegagalan ginjal.
”Maka dari itu, diperlukan rumah sakit rujukan yang mampu menangani korban sengatan tawon,” jelas Tri,
RS rujukan minimal harus bertipe B karena wajib memiliki layanan hemodialisa. Dengan sistem rujukan juga perlu dilakukan pemahaman penanganan kegawatan bagi korban sengatan tawon. Termasuk pemahaman oleh tenaga kesehatan mengingat toksikologi masih sangat minim rujukan bidang kesehatan.
Tri menjelaskan, untuk penanganan pertama dengan mencabut sungutnya, kemudian merawat lukanya. Yakni, mengompres dengan ice pack, lalu minum obat analgesic oral dan corticosteroid. Selain itu, peralatan untuk penanganan korban sengatan tawon juga perlu disiapkan agar bisa langsung dibawa dalam keadaan darurat.
”Mulai membawa pinset, obat analgesic oral, ice pack dan corticosteroid. Mobil ambulans pun perlu dilengkapi ventilator. Jika tidak segera ditangani, membuat inflmasi yang sudah akut dan pada akhirnya butuh cuci darah yang hanya bisa dilakukan di layanan hemodialisa” ucap Tri.
Sementara itu, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Supriyadi mengimbau masyarakat ekstrawaspada terhadap serangan tawon. Sebab, fenomena tersebut bisa terjadi kapan saja. Terutama ketika sarang tawon diganggu. Mengingat serangga ini sangat agresif.
Menurutnya, serangan tawon sama seperti ulat bulu, hama wereng, serta tomcat. “(Tawon) bisa menyengat berkali-kali. Secara klinis orang yang disengat tawon bisa merasakan sakit berkelanjutan karena toxic envenomatio dari dalam tubuh tawon,” urainya.
Gejala awal seperti nyeri hebat diikuti peradangan di bagian tubuh yang terkena sengatan. Bisa berupa bengkak, kulit kemerahan, gatal dan rasa seperti terbakar. Apakah bisa menyebabkan kematian? Supriyadi mengatakan bisa saja terjadi.
Kematian disebabkan alergi. Reaksi ini terjadi paling sering pada 15 menit pertama setelah racun pada sengat tawon masuk ke dalam tubuh. “Reaksi alergi yang ditimbulkan cukup lambat. Berbeda dengan bisa ular. Meski begitu dapat menyebabkan kelainan sendi, demam, gangguan ginjal, kelumpuhan pada otot, mengganggu pernapasan dan berakhir pada kematian,” paparnya.
Penanganan pertama saat disengat tawon, di antaranya guna mengurangi rasa nyeri, Supriyadi menyarankan pada bagian tubuh yang tersengat dapat dikompres menggunakan es. Alternatif lainnya adalah mengoleskan krim antihistamin dan kortikostreoid. Setelah itu, segera di bawa ke rumah sakit.
Mengingat tawon yang terusik bakal menyerang balik, dia menyarankan ketika hendak membasmi sarangnya harus menghubungi petugas damkar. “Jangan dilakukan secara manual menggunakan bambu atau alat sederhana lainnya,” tegasnya.
Sumber: Jawapos.com