

SURABAYA - Dini Kartini (23) dan Eldis Deor (42), mahasiswa profesi NERS Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, mengenalkan lotion anti nyamuk yang dibuat dari rempah-rempah.
Dini, melalui riset literatur memutuskan menggunakan minyak lavender sebagai anti nyamuk. Ia juga menambahkan kunyit, beras, cengkeh,jahe dan garam dapur sebagai campuran lotionnya.
"Semua bahan itu ditumbuk atau dihaluskan, kemudian dikeringkan dan disaring. Bentuknya bubuk, pemakaiannya nanti dicampur air,"ujarnya.
Dengan komposisi sederhana tersebut, lotion yang pemakaiannya mirip dengan lulur ini menurutnya akan mudah dibuat ibu rumah tangga.
Karena bahan yang cukup beragam, menurutnya lotion ini berbeda dengan lotion yang telah banyak dikomersilkan.
"Lotion ini juga berfungsi untuk mencegah insomnia dan merilekskan tubuh, juga memiliki kegunaan lain yaitu mencegah gigitan nyamuk demam berdarah,"urainya.
Produk lotion berbentuk bubuk ini menurutnya tidak akan meninggalkan warna kuning meskipun menggunakan kunyit. Bahkan produk yang dinamakan NAPYTI (Natural Sleepy Body Lotion) ini justru mencerahkan dan menghaluskan kulit karena mampu mengangkat sel kulit mati dari permukaan kulit.
Berbeda dengan Dini yang membuat lotion berbentuk bubuk, Eldis justru memanfaatkan minyak kelapa sebagai bahan lotion. Minyak tersebut kemudian dicampurkan dengan kunyit dan sereh yang telah diparut.
"Semua bahan dipanaskan hingga benar-benar bercampur. Setelah itu disaring,"ungkap Eldis.
Pada lotion buatan Eldis, dikatakannya memanfaatkan aroma sereh yang tidak disukai nyamuk. Sehingga akan dijauhi nyamuk, sementara minyak kelapa yang digunakan merupakan virgin coconut oil yang dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
"Lotion saya juga bisa digunakan sebagai olesan untuk menghilangkan rasa gatal akibat gigitan nyamuk,"ujarnya.
Inovasi buatan mahasiswa ini kemudian dikenalkan pada warga Wonorejo,Rungkut Surabaya.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya, Mundakir menjelaskan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam membuat inovasi merupakan rangkaian program sahabat keluarga dan bentuk partisipasi mahasiswa untuk merespon perubahan lingkungan.
"Apalagi kondisi saat ini potensi penyebaran nyamuk demam berdarah. Berdasarkan data puskesmas, di wonorejo ini peringkat kedua setelah sawahan terkait penderita demam berdarah makanya kami menyasar wilayah ini,"lanjutnya.
Mahasiswa diajak berinovasi dan mengedukasi untuk mengolah bahan dapur jadi produk anti nyamuk. Agar bisa mengubah mindset masyarakat kalau penanganan demam berdarah nggak cuma dengan fogging. Tetapi juga bisa melalui bahan alami.
Sumber: Tribunnews.com