BLANGKEJEREN - Para petani kopi di Kecamatan Pantan Cuaca, Gayo Lues, saat ini tengah dihantui serangan hama penyakit yang masih belum jelas jenisnya. Serangan tersebut dimulai dari kematian tanaman pelindung yang kemudian ikut mematikan tanaman kopi.
Hal itu diungkapkan seorang petani setempat, Aman Samsier, kepada Serambi, Selasa (5/3). “Serang hama penyakit itu mulai menjalar ke beberapa lokasi tanaman kopi,” ungkapnya.
Tanda-tanda tanaman yang diserang hama, ia jelaskan, diawali dari tanaman pelindung kopi, seperti pohon petai yang tiba-tiba mengalami kekeringan dan akhirnya mati. “Tanaman kopi di bawahnya juga mengalami hal yang sama, tiba-tiba kering dan mati,” imbuh Aman Samsier.
Ia dan para petani lainnya berkeyakinan, kematian tanaman itu terjadi akibat serangan hama. Namun ia mengaku tidak tahu jenis hama tersebut. Para petani juga belum mengetahui bagaimana cara membasmi dan mengantisipasi serangan hama mematikan itu. “Kami khawatir, serangan ini akan mengakibatkan gagal panen. Produksi kopi juga pasti menurun,” keluhnya.
Oleh karena itu, Aman Samsier sangat mengharapkan pemerintah daerah agar menurunkan tim dari dinas teknis terkait untuk melakukan penelitian terhadap serangan hama tersebut.
Petani kopi lainnya, di daerah Aih Ilang, Aman Asiah, mengaku sudah menyampaikan serangan hama ini kepada Bupati saat menghadiri acara di Pantan Cuaca. “Kondisi dan keluhan petani itu sudah disampaikan ke Bupati Galus tiga hari lalu yang disaat Bupati menghadiri sebuah acara di Kecamatan itu,” sebutnya.
Untuk diketahui, Pantan Cuaca merupakan penghasil kopi terbesar di Gayo Lues, dengan penghasilan rata-rata mencapai 20 ton hingga 30 ton per bulan. Hampir sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, terutama tanaman kopi.
Penelusuran Serambi, secara umum selama ini ada bebera jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kopi di Dataran Tinggi Gayo (DTG). Yaitu penyakit Jamur Akar Kopi (JAK), hama penggerek buah kopi (PBKo) dan Nematoda.
Untuk JAK, dikenal ada tiga jenis, yaitu jamur akar coklat (Phellinus noxius), jamur akar hitam (Rosellinia bunodes) dan jamur akar putih (Rigidoporus microporus). Ketiganya menular melalui kontak akar. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai umur tanaman dan dapat mematikan tanaman. Gejala tanaman terserang warna daun hijau kekuningan, kusam, layu dan menggantung. Seluruh daun menguning kemudian layu secara serempak, akhirnya mengering di cabang.
Sedangkan hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) menyerang bagian buah. Buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Hama ini awalnya hanya bisa ditemukan pada ketinggian 800 mdpl, namun akibat perubahan iklim global, hama ini sudah bisa hidup pada ketinggian 1.600 mdpl.
Berikutnya adalah Nematoda. Gejala dari penyakit Nematoda terdapat banyak kerdil pada tanaman, pertumbuhan terlambat, daun dan cabang primer berukuran kecil, daun tua menguning secara perlahan lalu akhirnya mati.
Terpisah , Kabag Humas Sekdakab Galus, Drs Buniyamin, saat dikonfirmasi Serambi terkait dengan serangan hama dan harapan petani kopi di Kecamatan Pantan Cuaca, mengatakan bahwa Bupati merespons keluhan para petani tersebut.
“Bupati akan menurunkan tim dan memerintah dinas pertanian untuk melakukan penelitian,” kata Buniyamin, Selasa (5/3).
Dengan diturunkannya tim itu, diharapkan nanti pihak dinas bisa melakukan penelitian untuk mengetahui upaya apa yang bisa dilakukan untuk menanggulangi serangan hama atau penyakit tersebut, agar tidak menjalar ke lokasi lain.
Pihaknya mengaku telah mendegar langsung keluhan petani terkait serangan hama tersebut, yakni saat menghadiri acara di Pantan Cuaca beberapa hari lalu. “Tanaman pelindung kopi mengalami layu dan kering kemudian mati tiba-tiba, hal yang sama juga dialami tanaman kopi, padahal selama ini tanaman tumbuh (hidup) di tanah yang subur itu,” sebut Bunyamin.
Sumber: Serambinews.com