SEJARAH PERJALANAN PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA

Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) didirikan oleh 23 orang peserta Rapat Proteksi Tanaman Direktorat Teknis Pertanian di kota Salatiga (Jawa Tengah) pada tanggal 1 Oktober 1970. Delapan belas dari 23 orang pendiri menyatakan persetujuan atas Rancangan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang dikirimkan kepada mereka. Rancangan AD&RT tersebut akhirnya dinyatakan sah menjadi AD&RT Perhimpunan dalam pertemuan Dewan Pengurus di Bogor pada tanggal 6 April 1971. Lambang Perhimpunan baru dibuat pada tahun 1976 dan dinyatakan secara resmi sebagai lambang Perhimpunan pada Kongres Entomologi I di Jakarta 9-11 Januari 1979.

Sesungguhnya perkumpulan pakar dan peminat di bidang entomologi telah ada jauh sebelum PEI berdiri. Berikut adalah sejarah sebelum dan sesudah terbentuknya PEI.

1934 – 1942

Dipercaya bahwa dengan adanya kegiatan usaha swasta dibidang perkebunan tebu di Indonesia (Nederlandsch Oost Indie) pada tahun 1880 telah membuka suatu kegiatan dibidang entomologi untuk melakukan kegiatan inventarisasi dan identifikasi serangga pada tanaman perkebunan. Kegiatan di bidang ilmu serangga sesungguhnya mulai berkembang setelah didirikan Bagian Zoologi di Kebun Raya Bogor pada tahun 1898. Kebun Raya Bogor didirikan pada tahun 1854.

Dalam perjalanan waktu seiring dengan makin bertambahnya ahli yang menekuni entomologi dan makin tumbuhnya minat untuk mempelajari serangga di Indonesia, maka pada tahun 1929 di Bogor telah dibentuk cabang Perhimpunan Entomologi (Nederlandshe Entomologische Vereniging atau NEV) yang berkedudukan di Negeri Belanda dengan nama Afdeeling Nederlandsch Oost Indie van de Nederlandsche Entomologische Vereniging atau (Perhimpunan Entomologi Belanda Cabang Hindia Belanda).

Setelah enam tahun menjadi cabang, berdasarkan pertimbangan bahwa lebih banyak anggota yang berada di Indonesia disbanding yang berada di Belanda, kekhasan fauna tropika serta jauhnya komunikasi antar anggota, atas usul Dr. L.G.E. Kalshoven (pengarang buku De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie yang diterbitkan oleh N.V. Uitgeverij W. van Hoeve, “S-Gravenhage/Bandoeng pada tahun 1950 dalam dua jilid), maka secara resmi pada tanggal 15 Desember 1934 cabang perkumpulan entomologi tersebut di atas memisahkan diri dan membentuk perkumpulan independen dengan nama Nederlandsch-Indische Entomologische Vereninging, disingkat NIEV., berkedudukan di Bogor. Dalam Anggaran Dasarnya disebutkan bahwa NIEV mempunyai masa laku selama 30 tahun. Berarti organisasi NIEV akan berakhir pada tahun 1964.

Sebagian besar anggota NIEV tinggal di luar Bogor, antara lain di Jakarta, Bandung, Sukabumi, Purwokerto, Yogyakarta, Sala, Boyolali, Malang, Surabaya, Tulungagung, Kediri, Bodowoso, Jember, Medan, Manado, dan beberapa kota di Belanda. Mereka berjumlah sekitar 50 orang. Tidak semua anggotanya adalah entomologiwan, tetapi sebagian adalah peminat entomologi yaitu guru, dokter, dan orang-orang yang bekerja di pemerintahan (pamong praja). Kegiatan anggota adalah menerbitkan majalah yang diberi nama Entomologische Mededeelingen van Nederlandsch-indie dan mengadakan pertemuan 4 kali dalam setahun. Pertemuan biasanya diadakan pada hari sabtu sore. Yang hadir adalah anggota dan peminat yang tinggal di Bogor. Majalah tersebut selain memuat artikel ilmiah, juga catatan (notes) tentang apa saja yang berkenaan dengan kegiatan anggota dalam bidang entomologi.
Perang Dunia II meletus tahun 1939 di Eropa dan menjalar ke kawasan Asia-Pasifik tahun 1942. Tahun 1942 tentara Dai Nippon (Jepang) masuk dan menduduki Indonesia dan pemerintah Belanda di Indonesia menyerah. Kegiatan NIEV pun terhenti sejak tahun itu.

1949 – 1964

Selama delapan tahun, 1942-1949, NIEV tidak melakukan suatu kegiatan apapun. NIEV boleh dibilang sudah mati. Namun semangat untuk meneruskan kegiatan yang dilakukan oleh NIEV belum padam. Karena organisasi NIEV ini mempunyai masa laku sampai dengan 1964. Maka pada suatu pertemuan di Bogor tanggal 11 Desember 1949, 20 orang Belanda dan tiga orang Indonesia yang hadir sepakat mendirikan suatu perkumpulan atau ‘Club’ di bidang entomologi. Perkumpulan itu akhirnya diberi nama Entomologische Vereniging in Indonesie (EVI) atau “Entomological Society in Indonesia” (atau Perkumpulan Entomologi di Indonesia). Pembentukan EVI disampaikan oleh utusan dari Indonesia pada pertemuan NEV di Belanda yang biasa mengadakan pertemuan di bulan Desember. Tersirat masih ada keterkaitan EVI dengan NEV di Belanda meskipun pada saat itu Indonesia telah menjadi negara yang merdeka. Hal itu dapat dimaklumi karena sebagian dari anggota pakar EVI adalah orang-orang Belanda.
Pendirian EVI diumumkan melalui edaran yang dikirimkan kepada entomologiwan dan peminat entomologi di Indonesia. Hasilnya adalah 56 orang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota. Maka NIEV pun hidup kembali dengan nama baru EVI. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga EVI mirip dengan AD&RT NIEV dan mempunyai masa berlaku sampai dengan 1964.
Sebagai organisasi pendahulunya, Evi mempunyai misi untuk mendorong dan merangsang perkembangan ilmu serangga di Indonesia. Kegiatan EVI tak jauh dari yang dilakukan NIEV. Pertemuan anggota dan peminat dilaksanakan mulai tahun 1950. Pertemuan 3 kali setahun (dari rencana pertemuan bulanan). Pada tahun yang sama diterbitkan publikasi resmi perhimpunan. Media komunikasi (ilmiah) antar anggota itu-atas saran dr. L.J. Toxopeus- diberi nama Idea dan diterbitkan mulai dengan volume 8 No. 1 (1950), sebagai penerus sekaligus pengganti Entomologische Mededeelingen van Nederlandsch-Indie yang terhenti penerbitannya sejak volume 7(1941). Sesuai dengan AD maka organisasi EVI berakhir pada tahun 1964. Penerbitan Idea terhenti empat tahun sebelumnya, 1960 yaitu volume 13 No. 2.

Sesungguhnya perkumpulan pakar dan peminat di bidang entomologi telah ada jauh sebelum PEI berdiri. Berikut adalah sejarah sebelum dan sesudah terbentuknya PEI.

1970 – 2000

Kalau NEVI mau dibilang mati terbunuh pada 1941-42, maka EVI membubarkan diri pada tahun 1964. Terasa sekali nuansa bunuh diri. Ya, karena masa berlakunya EVI sampai tahun itu sesuai AD&RT-nya, jadi matinya organisasi telah direncanakan.
Pada pertengahan 1969, Prof. Dr. Ir. R.G. Sutardi Mangoendojo, Guru Besar Entomologi IPB, Ir. Soenardi, Kepala Balai Penelitian Hama dan Penyakit Tumbuhan dan seorang mantan anggota EVI – yang punya hobi membaca, menulis dan nongkrong dipertemuan EVI dan merasa sangat kehilangan, yaitu Dr. Soehardjan. Pemikiran tersebut timbul karena terdapat cukup banyak tenaga yang saat itu mencurahkan perhatian pada bidang hama dan penyakit tanaman. Kecuali itu ada saran dari beberapa orang dari Yogyakarta dan Makasar untuk membentuk kembali Perkumpulan Entomologi Indonesia. Syahdan ketiga orang pemprakarsa tersebut di atas secara bersama-sama lantas mengirim (menyebarkan) edaran jejak pendapat tentang pendirian organisasi kejurusan tentang proteksi tanaman. sebanyak 37 orang mengirimkan kembali formulir jejak pendapat dan menyatakan kesediaannya untuk membantu kegiatan organisasi tersebut.

Pada tanggal 29 September – 2 Oktober 1970 Dinas Proteksi Tanaman Direktorat Teknik Pertanian menyelenggarakan Rapat Kerja di Salatiga, Jawa Tengah. Peserta rapat kerja adalah petugas yang berkecimpung di bidang ilmu hama dan penyakit tanaman dari berbagai daerah dan instansi. Almarhum Pak Soenardi dan Pak Hardjan (panggilan akrab Dr. Ir. M. Soehardjan) berhasil meyakinkan peserta rapat arti dan manfaat suatu organisasi yang bergerak dibidang proteksi tanaman. Atas desakan peserta rapat, maka kedua pemprakarsa tersebut memenuhi kehendak peserta rapat mendirikan perhimpunan yamg diberi nama Perhimpunan Entomologi Indonesia, disingkat PEI (‘Indonesian Entomological Society) pada 1 Oktober 1970.
Mereka yang hadir pada rapat proteksi di Salatiga, yaitu 6 orang dari Jakarta, 3 orang masing-masing dari Bogor dan Yogyakarta, 4 dari Bandung, 2 orang masing-masing dari Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang, dan satu orang dari Malang. Sehingga semua 23 orang, yaitu:

    1. Ir. Soenardi Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    2. Ir. Sadji Partoatmodjo Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    3. Muljani, BSc Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    4. M. Satta W., BSc Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    5. Ratmo, BSc Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    6. Pitojo Dinas Proteksi Tanaman, Jakarta
    7. Ir. P. Iskandar Sunjaya IPB, Bogor
    8. Ir. A. Hidir IPB, Bogor
    9. Ir. M. Soehardjan Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor
    10. Dr. Soelaksono Sastrodihardjo ITB, Bandung
    11. Ir. Ukun S. UNPAD, Bandung
    12. Ir. S. Hidajat Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Bandung
    13. Ir. Sanusi Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Bandung
    14. Ir. Toekijo Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta, Yogyakarta
    15. Ir. Samino Wirjosoehardjo UGM, Yogyakarta
    16. Soetantyo, BSc Perwakilan LP3 D.I. Yogyakarta, Yogyakarta
    17. Soedarmo Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah, Semarang
    18. Mawarno Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah, Semarang
    19. P. Soenarto Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, Surabaya
    20. Slamet Tw. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, Surabaya
    21. Ir. Baskoro Winarno UNIBRAW, Malang
    22. Ir. Sjamsuar ND. Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan, Ujungpandang
    23. Ir. Fachruddin UNHAS, Ujungpandang

Judul tulisan asli:
SEKILAS PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
RENUNGAN PERJALANAN MASA LALU SAMPAI MASA KINI.
Oleh: Edi Soenarjo
Digubah oleh: Purnama Hidayat
8 Juni 2004

 

 

 

 

Scroll to Top