

LAMPUNG – Hama walang sangit (Leptocorisa acuta) menyerang tanaman padi milik petani di wilayah Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel).
Slamet (59) salah satu petani di Desa Pasuruan menyebut, serangga pengganggu tersebut mulai hinggap pada tanaman padi varietas Ciherang miliknya sejak sepekan terakhir. Hama walang sangit dengan aroma khas menyengat tersebut, menyerang bulir padi usia muda dan menghisap cairan tangkai bunga serta bulir padi.
Walang sangit menyerang saat bulir padi mulai berisi serta ketika padi menguning menjelang proses pemasakan. Langkah meminimalisir kerugian akibat hama walang sangit dilakukan oleh petani di wilayah tersebut dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida.
Langkah tradisional yang sudah dicoba, mengatasi hama walang sangit dengan menggunakan bangkai kepiting, bekicot dan meletakkan pada sebuah serabut kelapa. Perangkap tersebut dipasang menggunakan tonggak kayu, saat terkumpul hama walang sangit dimusnahkan dengan dibakar.
“Pengendalian hama terpadu pada walang sangit sudah dilakukan, namun karena lahan padi milik warga lain sudah dipanen, sebagian hama berpindah menyerang tanaman padi yang belum dipanen. Sebagian lagi masih dalam tahap menguning,” terang Slamet, salah satu petani yang ditemui Cendana News, tengah melakukan penyemprotan insektisida, Rabu (21/11/2018).
Slamet menyebut, hama walang sangit tersebut disebabkan oleh banyaknya gulma yang berada di lahan miliknya. Sementara gulma rumput liar yang tumbuh merupakan dampak dari masa tanam, bertepatan dengan musim hujan, dan saat memasuki fase pertumbuhan penyiangan lahan sulit dilakukan.
Ketika memasuki usia padi berbulir, Slamet menyebut, rumput pengganggu tersebut menjadi tanaman inang yang digunakan walang sangit berkembang.
Penanaman lebih terlambat berkisar dua bulan dibandingkan petani lain, diakuinya, menjadi faktor serangan hama walang sangit. Slamet menyebut, ia dan sejumlah petani lain yang berada di bagian bawah di banding lahan sawah lain mendapat pasokan air lebih lambat.
Imbasnya, saat petani lain sudah lebih dahulu menanam, keterlambatan pasokan air membuat penanaman terhambat. Ketika lahan padi milik petani lain sudah dipanen, hamparan padi miliknya mulai diserang hama walang sangit.
Petani lain yang rutin melakukan penyemprotan insektisida dampak walang sangit adalah Herman. Pemilik lahan sawah varietas Ciherang tersebut mengaku, usia padi miliknya berkisar 85 hari dengan target panen 95 hingga 100 hari.
Akibat hama walang sangit, ia menyebut, harus rutin melakukan penyemprotan setiap pagi dan sore. Walang sangit yang tidak dikendalikan disebutnya akan berdampak bulir padi tidak terisi sempurna atau disebut warga sekitar dengan istilah gabuk atau kopong.
Sumber: Cendananews.com