

SUMENEP - Banyak orang tertarik menjadi pegawai negeri sipil (PNS) karena alasan finansial. Padahal berwirausaha lebih menjanjikan daripada profesi abdi negara tersebut. Setidaknya itulah yang dirasakan Hozari, guru PNS yang sukses menjadi pengusaha madu ternak.
Senyum mengembang di bibir Hozari. Ditatapnya ratusan kotak tempat sarang lebah yang berjejer rapi di pinggir kebun jagung, Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, Sumenep. RadarMadura.id menjumpainya secara khusus Senin sore (24/12).
Sembari bersalaman, dia mempersilakan koran ini melihat lebih dekat sarang madu itu. Lebah-lebah beterbangan di atas kotak. Hozari memberikan topi dilengkapi jaring agar tidak terkena sengatan lebah. ”Pakai ini dulu biar nggak kena sengatan lebah,” kata Hozari sembari menunjukkan cara memakainya.
Ini merupakan tahun kelima dia berwirausaha madu ternak. Awalnya dia hanya coba-coba membeli sarang lebah dan pengelolaannya dipasrahkan kepada orang lain. Tetapi suatu ketika dia mengaku ditipu oleh orang tersebut dan mengalami kerugian besar.
Akhirnya dia memutuskan untuk merawat lebah madu sendiri. Dia membeli 20 kotak sarang lebah madu. Lebah yang dipilih berjenis Mellifera asal Australia. ”Waktu itu saya beli bibit dan ratu lebahnya di Kediri,” tutur pria kelahiran 20 Desember 1963 tersebut.
Dia belajar beternak lebah madu secara otodidak. Lima tahun lalu, kata dia, sangat sulit mencari tutorial beternak madu. Apalagi saat itu YouTube yang menyajikan beragam cara berwirausaha, termasuk beternak lebah, belum populer di Sumenep.
Meski belajar secara otodidak, usaha guru PNS di SDN Bungin-Bungin, Kecamatan Dungkek, itu berjalan lancar. Bahkan setiap tahun terus berkembang. Saat ini Hozari telah memiliki sekitar 400 kotak sarang lebah.
”Dalam sebulan saya sudah bisa memproduksi sekitar 1.200 botol madu ukuran 650 mililiter,” jelas pria asal Desa Nyabakan Barat, Kecamatan Batang-Batang, tersebut.
Dengan 1.200 botol, sedikitnya dia bisa memperoleh omzet sekitar Rp 120 juta setiap bulan. Per botol dia menjualnya secara grosir Rp 100 ribu. Harga tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan harga madu-madu lain di Sumenep, bahkan di Madura secara umum.
”Bagi saya, yang penting usaha lancar. Tidak perlu terlalu banyak mengambil hasil. Tapi kalau banyak laku, akan banyak juga perolehannya,” tegas dia.
Pendapatan Hozari dari usaha madu jelas lebih besar dari gajinya sebagai PNS. Akan tetapi, dia tetap tidak meninggalkan karir sebagai guru. Setiap hari dia tetap mengajar di SDN Bungin-Bungin.
Dia mengatur waktu agar tugasnya sebagai guru berjalan maksimal. Pun demikian dia selalu berupaya maksimal agar usaha madunya juga lancar. ”Pagi saya ngajar, sore saya di kebun tempat ternak lebah. Jadi, tidak langsung pulang ke rumah,” imbuhnya.
Meski omzetnya lebih besar dari gaji seorang bupati sekalipun, Hozari tetap tidak jemawa. Dia bersedia mengajari orang-orang yang hendak belajar bisnis kepadanya. Tak jarang dia juga membagikan uang hasil usahanya kepada kaum duafa.
Ada trik khusus agar lebah-lebah bisa menghasilkan madu yang maksimal. Hozari memindahkan secara berkala kotak-kotak sarang lebah. Dia memilih lokasi yang di sekitarnya terdapat banyak bunga. Mulai bunga jagung, pepohonan, dan sebagainya.
”Sebab kalau tidak ada bunga di sekitar kotak sarang, lebahnya bisa stres. Bahkan lebahnya bisa kabur,” tuturnya.
Karena itulah, kotak-kotak sarang lebah milik Hozari selalu berpindah secara nomaden. Terkadang diletakkan di Kecamatan Ganding, Lenteng, Ambunten, dan Rubaru. Saat ini kotak-kotak sarang lebah diletakkan di Kecamatan Saronggi dan Kota Sumenep.
”Alhamdulillah setiap kali panen saya bisa mempekerjakan hingga 25 orang,” papar pria yang kini berdomisili di Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, itu.
Menurut Hozari, ada tiga unsur yang harus dipenuhi agar orang yang mau berwirausaha mencapai kesuksesan. Pertama, dia harus mengetahui ilmunya. Kedua, dia harus bekerja secara maksimal. Ketiga, berdoa dan bertawakal kepada Allah sang pemberi rezeki. ”Jika ketiga-tiganya dijalankan, insyaallah akan mencapai kesuksesan,” tukasnya.
Sumber: Radarmadura.id