Kurang tidur bisa berakibat buruk bagi makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Akan tetapi, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada hewan yang dapat dikatakan tidak butuh tidur untuk bisa beraktivitas normal.
Tim ilmuwan Imperial College London, Inggris, menemukan bahwa lalat buah (Drosophila melanogaster)--khususnya para pejantan--sepertinya menganggap tidur tidak sepenting aktivitas vital lain dalam hidup, seperti makan. Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Science Advances (20/2/2019).
Dalam studi yang pernah dilakukan pada berbagai spesies, termasuk manusia, kekurangan tidur biasanya menyebabkan dampak negatif bagi individu tersebut, seperti gangguan kinerja pekerjaan, memori, kognisi, dan fokus, bahkan berujung kepada kematian dini.
"Diperkirakan, kebutuhan untuk tidur memiliki arsitektur yang sama dengan kebutuhan akan makanan,” kata penulis studi Giorgio Gilestro, ahli biologi sistemik di Imperial College London yang terlibat dalam penelitian.
Tetapi dalam studi baru ini, Gilestro dan rekannya menemukan bahwa lalat buah jantan yang kekurangan tidur tetap hidup sepanjang usia lalat buah yang hidup normal.
Sementara periode hidup lalat buah betina yang kekurangan tidur juga tidak terpaut jauh dengan rekan mereka yang cukup tidur. Lalat buah betina yang kurang tidur hidup rata-rata selama 37,5 hari, sementara mereka yang tidur normal bica mencapai usia 41 hari.
Selisih tiga hari itu merepresentasikan sekitar enam hingga delapan persen dari umur lalat buah—yang biasanya mencapai 40-50 hari.
Hasil penelitian ini cukup mengejutkan. Pasalnya, beberapa penelitian terhadap pola tidur lalat buah yang pernah dilakukan, seperti oleh Christine Dubowy dan Amita Sehgaldari University of Pennsylvania, AS, pada 2017, menunjukkan bahwa waktu tidur lalat buah juga diatur oleh ritme sirkadian, seperti makhluk hidup lain.
Perbedaan tersebut, menurut Gilestro, terjadi karena berbedanya metodologi penelitian yang dilakukan. "Jika lalat tidak aktif bergerak, sering disimpulkan bahwa mereka sedang tidur," kata Gilestro. Tetapi, lanjutnya, lalat mungkin diam karena berbagai alasan, seperti makan atau membersihkan diri, bukan hanya untuk tidur.
Untuk satu bagian dari proyek, para peneliti merekam lalat buah berperilaku di laboratorium selama empat hari dan, menggunakan program pembelajaran mesin, menghitung waktu lalat bergerak atau diam, dengan kemungkinan tertidur.
Biasanya lalat tidur beberapa jam, tetapi ada variasi besar di tiap individu, dengan beberapa di antaranya secara konsisten tidur hanya beberapa menit setiap hari. "Lalat (dan faktanya hewan) tidur hanya beberapa menit sehari tidak pernah diidentifikasi sebelumnya," tulis peneliti.
Untuk melihat bagaimana lalat akan bergerak jika mereka dipaksa untuk tetap terjaga, para peneliti memasukkannya dalam jumlah ratusan ke sebuah tabung yang akan berputar jika ada lalat mendarat. Dengan membalik tabung, lalat yang lain akan bangun. Jika seekor lalat tidak aktif selama lebih dari dua puluh detik, sistem memutar tabung secara otomatis, sekali lagi untuk membangunkannya.
Walau demikian, Gilestro menyatakan bahwa apa yang dialami lalat itu di dalam laboratorium mungkin berbeda dengan di dunia nyata. Dalam laboratorium mereka hidup dengan aman pada lingkungan yang terkontrol. Tetapi di alam bebas, mereka bisa saja mati karena mengantuk.
Kesimpulan sementara yang diambil para peneliti itu adalah proses apapun yang dilakukan oleh tubuh untuk memelihara diri selama tidur bisa dilakukan dalam periode singkat. Sehingga, meski sebentar, tidur tetap diperlukan untuk menjaga agar organisme tetap hidup.
“Bukannya tidak ada konsekuensi atas tidak tidur--pada kenyataannya kami akan menyelidiki dampak pada kinerja mental lalat dalam eksperimen di masa depan--tetapi penelitian kami telah membuat kami mempertanyakan apakah kurang tidur saja menyebabkan kematian,” kata Gilestro.
Menurut The New York Times, penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan atas kebutuhan untuk tidur secara universal. Akan tetapi hanya satu spesies saja, yakni Drosophila melanogaster, yang menjadi objek penelitian.
"Pada prinsipnya, saya pikir akan lebih luar biasa untuk menguji yang lainnya," kata Dragana Rogulja, profesor Harvard yang meneliti soal tidur menggunakan lalat buah.
Sementara Amita Sehgal belum yakin dengan kesimpulan tim peneliti yang menyatakan bahwa lalat yang diam belum tentu tertidur.
Sumber: Beritagar.id