• +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org; peipusat@yahoo.com
  • Register
  • Log in
  • BERANDA
  • PROFIL PEI
    • Sejarah PEI
    • Pengurus Pusat
    • Pengurus Cabang
    • History PEI
  • AD-ART
    • ART
    • AD
  • KEGIATAN
  • KEANGGOTAAN
    • Form Pendaftaran
    • Konfirmasi Pembayaran
  • PUBLIKASI
    • JEI
    • Prosiding
    • Buku
    • IDEA
    • Presentasi
  • BERITA
  • GALERI
    • Foto
    • Puisi
    • Video
  • KONTAK
  • ICCESI 2019

Perubahan Iklim Sebabkan Laba-laba Makin Agresif

28 AUGUST 2019

“Laba-laba yang marah akan mewarisi Bumi.” Setidaknya, itulah kesimpulan para ilmuwan Kanada setelah menyaksikan bagaimana laba-laba di daerah rawan badai menanggapi peristiwa cuaca ekstrem. 

Meskipun perubahan iklim mungkin tidak menyebabkan lebih banyak badai, para ilmuwan menduga hal itu dapat meningkatkan intensitasnya dan menyebabkan ledakan cuaca yang lebih ekstrim yang dikenal sebagai peristiwa "angsa hitam".

"Sangatlah penting untuk memahami dampak lingkungan dari peristiwa cuaca 'angsa hitam' ini terhadap evolusi dan seleksi alam," kata penulis utama Jonathan Pruitt dari Universitas McMaster dalam sebuah rilis.

"Dengan naiknya permukaan laut, kejadian badai tropis hanya akan meningkat. Sekarang, lebih dari sebelumnya kita perlu bersaing dengan apa dampak ekologis dan evolusi dari badai ini bagi hewan-hewan non-manusia."

Lalu bagaimana perubahan iklim memengaruhi laba-laba? Ibarat angin kencang, misalnya, dapat menghancurkan pohon, melucuti daunnya dan secara dramatis mengubah lantai hutan.

Untuk jenis perayap menyeramkan, itu tak lain seperti tsunami, koloni yang menghancurkan. Para peneliti mencatat, laba-laba agresif tidak memiliki keraguan mengkanibal jenis mereka sendiri, menimbun persediaan dan menyerang siapa pun yang menghalangi mereka. Dengan kata lain, itu adalah cara bertahan hidup bagi si bengis. 

Untuk studi tersebut, yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature, para peneliti mengamati 240 koloni dari spesies Anelosimus studiosus - seekor laba-laba Amerika Utara yang dikenal hidup bersama, dengan ratusan jenis yang berbagi jaring yang sama.

Anelosimus studiosus juga memasang jaring mereka di atas danau dan sungai, membuat mereka sangat rentan terhadap badai.

Para ilmuwan membandingkan koloni sebelum dan sesudah mereka dilanda tiga badai tropis utama pada tahun 2018. Tim juga memantau kelompok kontrol laba-laba yang tidak mengalami cuaca ekstrem. Mereka yang beruntung.

Ketika badai meletus, menghancurkan rumah sutra mereka, mereka bukan lagi si Tuan Laba-laba Baik. Para peneliti mencatat, kehidupan komunal keluar dari dari kebiasaannya, ketika dua jenis laba-laba muncul: yang agresif, benar-benar kejam, dan hippie yang cinta damai.

Sebagian besar koloni laba-laba sudah memiliki perwakilan masing-masing, seringkali menentukan agresivitas keseluruhan koloni. Tetapi ketika dorongan datang, populasi lemah disingkirkan - lalu pembunuhan dan perampokan bayi satu sama lain pun dimulai.

Ini seperti "Hunger Games," ala laba-laba. Tetapi yang paling penting, ini adalah mekanisme bertahan hidup. Para ilmuwan mencatat bahwa laba-laba agresif "lebih baik dalam memperoleh sumber daya saat langka, tetapi juga lebih rentan terhadap pertikaian ketika kekurangan makanan untuk waktu lama atau ketika koloni terlalu terpapar panas."

"Siklon tropis kemungkinan memengaruhi kedua stresor ini dengan mengubah jumlah mangsa terbang dan meningkatkan paparan sinar matahari dari lapisan kanopi yang lebih terbuka," jelas Pruitt. "Agresivitas diturunkan dari generasi ke generasi di koloni-koloni ini, dari orang tua ke anak betina, dan merupakan faktor utama dalam kelangsungan hidup dan kemampuan mereka untuk bereproduksi."

Dengan kata lain, perubahan iklim memberi kita dunia baru yang marah. Dan laba-laba belajar cara menavigasinya, apa pun yang diperlukan. 

 

 

 

Sumber: Trubus.id

Artikel Lainnya


  • Kemarau, Waspada Serangan Hama Penggorok Daun Bawang Merah
  • Hama Wereng Turunkan Produksi Padi di Penengahan
  • Diserang Wereng dan Kekeringan, 42 Ha Tanaman Padi di Pringsewu Puso
  • Jelajah Rimba demi Mendulang Madu dari Sarang Lebah Liar
  • Petani Jagung di Karo Terancam Gagal Panen Akibat Serangan Ulat Grayak

Sekretariat Perhimpunan Entomologi Indonesia: Jalan Kamper Kampus IPB Dramaga, Wing 7 Level 5, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat, 16680, Indonesia

  • +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org
  • peipusat@yahoo.com
Media sosial
Twitter Timeline
Tweets by pei_pusat
Berita Terbaru
[COMPETITION ICCESI 2023] The 2nd International Conference and The 11th Congress of The Entomological Society of Indonesia

May 09,2023

The 2nd International Conference and The 11th Congress of The Entomological Society of Indonesia 2023

Apr 10,2023

Webinar Nasional "Cermat Menakar Manfaat Insektisida Dalam Implementasi Pengelolaan Hama Terpadu"

Nov 23,2022

SEMINAR NASIONAL (HYBRID) JURUSAN PERLINTAN UNIB PEI-PFI KOMDA BENGKULU

Oct 22,2022

Tautan
PEI Cabang Yogyakarta
PEI Cabang Palembang
Perlindungan Tanaman
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Submit Abstract ICCESI 2019
Flag Counter

Copyright ©2017 Perhimpunan Entomologi Indonesia. All Rights Reserved

Powered by SevenLight.ID