

Sebuah desa di Filipina jadi sorotan karena program uniknya. Mereka menawarkan nasi gratis untuk ditukar dengan beberapa nyamuk mati.
Adalah Desa Alion di provinsi Bataan yang menjalankan program unik tersebut. Siapapun warganya yang menukar 200 ekor nyamuk mati ke balai desa atau barangay, bisa mendapat 1 kilo gram beras.
Dikutip dari Next Shark (3/9), penangkapan nyamuk haruslah yang menggunakan metode penggunaan piring dan minyak goreng. Cara menangkap nyamuk dengan metode ini mudah karena hanya tinggal mengoleskan minyak goreng ke piring.
Selanjutnya piring digerakkan ke kiri dan kanan. Nantinya nyamuk akan tertarik pada piring beroles minyak goreng tersebut. Nyamuk akan mendekat hingga mati sekaligus dalam jumlah banyak.
Khusus untuk program di Desa Alion ini adalah gagasan kepala desa yang bernama Marcialito "Al" Balan. Ia mengatakan program pemberantasan nyamuk ini bagian dari upaya penghentian penyebaran virus dengue di wilayahnya.
"Pembersihan lingkungan tentu masih yang utama. Yang kedua adalah penangkapan nyamuk. Setidaknya jumlah nyamuk akan diminimalkan di sini," ujar Balan.
Ia juga mengatakan pihaknya tidak akan tahu jika nyamuk yang berhasil ditangkap adalah jenis penyebab demam berdarah. Yang terpenting adalah mematikan banyak nyamuk sebisa mungkin.
Menurut Balan, metode penangkapan nyamuk dengan piring dan minyak goreng tergolong efektif. Bahannya mudah didapat oleh setiap rumah tangga dan mempraktekkannya juga mudah.
Para warga Desa Alion terlihat semangat apalagi ada iming-iming beras gratis. Salah satunya warga bernama Marilyn Podol. Ia sudah mendapat beras gratis setelah membawa sepiring penuh nyamuk mati.
"Saya akan terus berburu sampai nyamuk hilang," katanya. Selain itu, para petugas desa juga dikerahkan untuk mencari dan mematikan nyamuk-nyamuk yang ada.
Baru-baru ini pemerintah Filipina mengumumkan epidemi demam berdarah nasional. Hal ini menindaklanjuti informasi departemen kesehatan yang mengungkap ada 5.000 kasus baru demam berdarah dilaporkan setiap minggunya.
Semua kasus tersebut terjadi dari Januari hingga 20 Juli 2019. Sejauh ini 622 pasien demam berdarah bahkan meninggal sejak dirawat awal tahun lalu.
Di Desa Alion, Balan mencatat ada satu kasus demam berdarah. Tapi sebenarnya kasus ini juga berawal dari kontak dengan desa lain. "Saya berharap bahwa semua akan mendukung program berkelanjutan hingga nol kasus demam berdarah di barangay kami," katanya.
Di sisi lain, strategi Balan dikhawatirkan para kritikus yang menyebut langkah ini bisa memicu beberapa penduduk desa memulai "kebun nyamuk" mereka sendiri untuk mendapatkan lebih banyak beras.
Sumber: Detik.com