Sebaran hama penggerek batang atau inser mengancam lahan padi di wilayah Kabupaten Klaten. Potensi serangan bertambah besar jika hujan mulai turun dalam waktu dekat.
‘’Yang harus kita waspadai bersama petani di akhir tahun justru penggerek batang,’’ungkap Koordinator Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Pemkab Klaten, Sunarno (12/10).
Dijelaskannya, pada data terakhir, yaitu data akhir September lalu jumlah sebaran serangan hama itu sudah ada 102 hektare. Hama itu ditemukan di di 19 kecamatan dari 26 kecamatan yang ada. Lahan serangan paling banyak ada di Kecamatan Trucuk seluas 18 hektare, Kecamatan Karanganom ada 12 hektare dan Kecamatan Kebonarum seluas 11 hektare.
Meskipun skala serangannya tidak ada yang besar dan yang ditemukan hanya spot-spot, petani diminta mulai waspada. Sebab jika tidak sejak dini waspada, ke depan menghadapi musim hujan akan repot. Kelembaban udara akibat hujan mulai turun membuat hama yang masuk kategori hama utama padi itu bisa merajalela berkembang.
Hama ini menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian hingga menjelang panen. Pada tanaman padi fase vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan menyebabkan pucuk layu, kering mati dan gejalanya disebut sundep.
Tahap Semaian
Gejala serangan pada fase generatif, kata Sunarno, berupa mulai muncul titik putih dan hampa yang biasa disebut dengan beluk. Titik kerawanan serangan yang harus diwaspadai adalah sejak tahap semaian. Biasanya, petani di Klaten jika hujan mulai turun akan terburu-buru menebar benih semaian.
Saat itulah menjadi momen penggerek batang menetas dan mendapatkan makanan. Begitu tumbuh besar, bersamaan dengan padi usia vegetatif, sehingga akan menyerang lebih ganas. Untuk menghindari serangan, para petani diimbau untuk menunda membuat semaian barang sepekan atau dua pekan.
Selain itu, pembuatan saluran irigasi yang baik dan pengamatan di lahan sangat diperlukan. Apabila diperlukan, petani mencari telur penggerek batang dan memusnahkannya sebelum berkembang baik. Risiko yang menyebabkan rawan lainnya adalah pola tanam padi terus menerus, sehingga penggerek berkembang biak.
Sugiman petani Desa Japanan, Kecamatan Cawas mengatakan, desanya juga rawan penggerek sebab saat ini tetap nekat tanam padi. ‘’Banyak yang tidak pindah palawija dan nekat padi lagi,’’ katanya.
Meskipun hasilnya bagus, risiko ke depan hama seperti penggerek dan wereng bisa muncul sebab lahan belum pernah dikeringkan untuk ditanam palawija selama setahun. Petani sudah paham risiko itu dan sudah bersiap dengan mewaspadai lahan sejak saat ini.
Sumber: Suaramerdeka.com