• +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org; peipusat@yahoo.com
  • Register
  • Log in
  • BERANDA
  • PROFIL PEI
    • Sejarah PEI
    • Pengurus Pusat
    • Pengurus Cabang
    • History PEI
  • AD-ART
    • ART
    • AD
  • KEGIATAN
  • KEANGGOTAAN
  • PUBLIKASI
    • JEI
    • Prosiding
    • Buku
    • IDEA
    • Presentasi
  • GALERI
    • Foto
    • Puisi
    • Video
  • ICCESI 2019
  • ICCESI 2023

Hama Wereng dan Ulat

05 DECEMBER 2018

Bayam merah dan bayam hijau tidak memiliki perbedaan kecuali di sisi warna, permintaan, dan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Permintaan terhadap bayam merah lebih sedikit daripada bayam hijau. 

Namun bayam merah lebih kuat. Walaupun kadang disebut seperti cabai dan bawang, bertanam bayam juga gampang-gampang susah. 

Sutikno mengatakan, tantangan bertanam bayam hanya dua, wereng dan ulat. Untuk mengatasinya petani harus lebih rutin dan teliti mengamati pertumbuhannya. Setiap pagi, apalagi ketika terjadi hujan pada malam harinya, petani harus menyiraminya dengan air biasa maupun fungisida. 

Dengan begitu, menurutnya tanaman akan terhindar dari serangan hama dan penyakit. Pengamatan petani terhadap tanamannya harus dilakukan agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam penanganannya. Pasalnya, berbicara racun untuk membasmi hama dan penyakit, harus disesuaikan dengan jenis serangannya. Begitu juga dengan dosis yang diberikan. 

Petani sulit untuk 100% memperlakukan tanamannya secara organik. Pada 2014 yang lalu, kelompok taninya mendapatkan sertifikat Prima 3. Berbagai syarat dan ketentuan harus dipenuhi untuk mendapatkannya. Misalnya, pola pertanaman harus mengikuti standar dan prosedur yang tepat. Lalu pemupukan, penyemprotan dan pengamatannya juga dilakukan dengan tepat.  Hama, harus ditangani dengan manual atau tanpa racun. 

"Apalagi kalau mau jadi organik. Harus melewati Prima 2, Prima 1, baru organik. Prosesnya panjang dan susah. Intinya petani harus lebih tekun dan berjuang menghadapi banyak tantangan misalnya iklim dan lainnya," kata Sutikno. 

Budidaya bayam efektif dilakukan hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ada jenis bayam (Amaranthus SPP) yang dikenal di Indonesia yang dibudidayakan petani yakni tanaman bayam cabut (merah dan hijau) dengan lebar daun yang relatif kecil. 

Kemudian bayam raja yang berdaun lebar dan hijau tua dengan pertumbuhan tegak. Secara metode budidaya, bayam organik dan non organik relatif sama kecuali dalam jenis pupuknya. Sedangkan untuk mengendalikan hama bisa dengan menjaga kesehatan air, dan sanitasi lahan. 

Pada musim penghujan, pertumbuhan bayam tidak begitu baik dan daunnya mudah rusak karena terkena hujan terus menerus. Karenanya petani harus menyiraminya lebih sering di pagi hari. 

Pengaturan air yang baik dilakukan saat awal benih ditebar, yakni pada usia 10 hari. Namun juga perlu menyesuaikan dengan tanamannya. Penyiraman dua kali sehari bisa dilakukan pada msuim kemarau. Kelembaban tanah harus dijaga hingga benih yang ditabur berkecambah. Setelah benih berkecambah, petani juga harus menyiangi gulma atau rumput yang tumbuh bersama kecambahnya. 

Gulma, memiliki sifat parasit dengan menyerap nutrisi yang ada. Jika tidak mau mengalami kerugian, petani harus lebih memperhatikan tanamannya. Misalnya, saat tanaman berusia dua minggu daun terlihat menguning, maka petani harus melakukan pemupukan tambahan dengan kompos atau kotoran ayam yang sudah difermentasi.

 

 

Sumber: Medanbisnisdaily.com

Artikel Lainnya


  • 37 Persen Koloni Lebah Madu Telah Berkurang di Negara Ini, Ilmuwan Prihatin
  • Webinar Nasional "Cermat Menakar Manfaat Insektisida Dalam Implementasi Pengelolaan Hama Terpadu"
  • Peneliti: Laba-laba Tertua Berusia 43 Tahun Mati Disengat Tawon
  • Ilmuwan Temukan Spesies Baru Belalang Sembah yang Dapat Meniru Tawon

Sekretariat Perhimpunan Entomologi Indonesia: Jalan Kamper Kampus IPB Dramaga, Wing 7 Level 5, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat, 16680, Indonesia

  • +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org
  • peipusat@yahoo.com
Media sosial
Twitter Timeline
Tweets by pei_pusat
Berita Terbaru
Buku Pengembangan Insektisida Nabati untuk Pertanian

Jul 28,2023

Merchandise PEI: Kaos dan Topi

Jul 26,2023

Buku: Rekayasa Ekologis dan Rapid Biodiversity Assessment di Agroekosistem: Untuk Konservasi Serangga Berguna

Jul 06,2023

Webinar Nasional "Cermat Menakar Manfaat Insektisida Dalam Implementasi Pengelolaan Hama Terpadu"

Nov 23,2022

Tautan
PEI Cabang Yogyakarta
PEI Cabang Palembang
Perlindungan Tanaman
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Submit Abstract ICCESI 2019
Form Keanggotan PEI
Flag Counter

Copyright ©2017 Perhimpunan Entomologi Indonesia. All Rights Reserved

Powered by SevenLight.ID