

Kurang lebih dalam beberapa bulan belakangan ini banyak muncul broadcast di media sosial seperti Facebook, Youtube, Instagram maupun WhatsApp mengenai video maupun foto menampilkan ulat bewarna hijau di atas daun mangga yang dikabarkan dapat mematikan. Kurang lebih demikian isi broadcast tersebut:
“Ini adalah binatang yang langka dan sangat berbahaya, biasanya di daun Pohon Mangga. Orang yang gigitan binatang itu secara langsung...,,, umumnya akan Wafat setelah 4 jam dari gigitan itu, akibat Dehidrasi Yang Sangat Dahsyat. Sangat berbahaya sekali..!!! Mohon sebarkan, terutama kpda saudara-saudari kita yang Dekat dgn Pohon Mangga... Terima kasih...”
Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata berita tersebut tidak benar. Hal ini dikarenakan bahwa ulat yang dimaksud merupakan fase larva spesies kupu-kupu Euthalia aconthea berasal dari famili Nymphalidae. Nama umum dalam bahasa Inggris yaitu Baron. Dikutip dari beberapa pustaka, spesies ini merupakan spesies native di India dan Asia Tenggara. Kupu-kupu ini menggunakan pohon mangga (juga dilaporkan pada jambu mete) sebagai tempat meletakkan telur dan tempat larva (ulat) makan (host plant). Kupu-kupu dewasa merupakan penerbang yang cepat, hinggap pada bunga dan terkadang buah yang sudah masak (sering dijumpai juga pada buah yang busuk di tanah) untuk mendapatkan makanan.
Seperti spesies kupu-kupu pada umumnya, E. aconthea mempunyai siklus dari telur, larva (biasa kita sebut ulat), pupa (kepompong), dan imago atau dewasa (Gambar 1).
Gambar 1. Siklus hidup kupu-kupu Euthalia aconthea, Foto: Agus Shoumul (larva, pupa –gambar ketiga, dewasa) Horace Tan (telur dan pupa –gambar pertama dan kedua)
Telur dari kupu-kupu E. aconthea diletakkan baik di atas atau di bawah permukaan daun mangga. Telur menetas setelah lima hari, larva muda mempunyai warna hijau kekuningan dan banyak ditumbuhi “rambut-rambut” tunggal bewarna hitam. Larva mengalami ganti kulit kurang lebih sampai emapt kali, larva yang sudah tua berukuran lebih panjang dan “rambut-rambut” tunggal masing-masing bercabang (Gambar 2). Ulat ini baik warna maupun bentuk akan tampak menyatu dengan permukaan daun mangga. Hal ini merupakan salah satu bentuk strategi pertahanan diri untuk berkamuflase/mimikri dari serangan predator seperti burung.
Gambar 2. Penampakan larva atau ulat E. aconthea muda (a) dan tua (b-c), Foto: Agus Shoumul (c); Horace Tan (a dan b)
Pada tahap perkembangan inilah, ulat E. aconthea menjadi pemberitaan yang heboh di media sosial belakangan ini. Hal ini diperkirakan bahwa penampakan bentuk ulat ini mirip dengan ulat dari ngengat famili Limacodidae yang terkenal menimbulkan rasa gatal yang amat sangat ketika menyentuh permukaan kulit manusia. Ulat ini sebenarnya juga bukan spesies langka seperti yang diberitakan di sosisal media. Ulat ini umum dijumpai di pohon mangga, mungkin karena bentuk dan warna yang menyatu dengan daun mangga sehingga tidak terlalu tampak untuk dilihat, perlu pengamatan yang seksama untuk menemukan ulat ini. Ulat ini juga tidak menyebabkan kematian jika “rambut-rambut” pada tubuhnya mengenai kulit manusia apalagi terkena gigitannya seperti isi broadcast di atas.
Larva akan berubah menjadi kepompong selama 8-9 hari kemudian “menetas” menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu dewasa mempunyai warna coklat tua dengan beberapa corak sayap bewarna hitam melintang dan titik-titik hitam yang membentuk garis. Pada saat terbang atau hinggap, warna sayap akan terlihat keunguan akibat pigmen warna yang dipantulkan oleh cahaya matahari.
Referensi:
Khew SK. 2017. The Baron (Euthalia aconthea gurda) [internet]. Tersedia pada: http://butterflycircle.blogspot.co.id/2017/07/butterfly-of-month-july-2017.html
Foto headline: Goh Lai Chong
Oleh: Mahardika Gama Pradana