JAKARTA – Penanggulangan nyamuk Aedes Aegypti melalui teknik serangga mandul, diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih efektif, sehingga mampu menurunkan tingkat potensi Demam Berdarah Dengue. Konsep Teknik Serangga Mandul adalah suatu teknik melepaskan serangga mandul hasil iradiasi sinar gambar ke ekosistem, untuk mengurangi jumlah populasi serangga tertentu.
Dalam kasus di Indonesia, Peneliti Entomology Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Beni Ernawan, melakukan proses iradiasi pada nyamuk Aedes aegypti jantan untuk mengurangi populasi dengan perkawinan yang tidak menghasilkan pembuahan.
“Kenapa kita pilih yang jantan? Karena nyamuk jantan kan tidak menggigit. Jadi, kalau kita lepaskan dalam jumlah banyak, maka tidak akan mengganggu manusia,” kata Beni, saat ditemui di laboratorium Entomology BATAN, Pasar Jumat, Jakarta, Senin (29/7/2019).
Untuk jumlah nyamuk mandul jantan yang disebarkan, biasanya paling sedikit sembilan kali jumlah populasi nyamuk yang termonitor di wilayah lokasi pelepasan teknik serangga mandul.
“Dalam skala percobaan kami, yaitu di komplek Batan Indah Serpong, untuk wilayah 30 hektare dengan menggunakan teknik monitoring populasi yang dipantau seminggu sekali, ditemukan jumlah nyamuk jantan mandul yang dibutuhkan adalah sembilan kali lipat dari jumlah nyamuk yang ada,” kata Beni.
Jumlah ini diyakini akan meningkatkan probabilitas pernikahan nyamuk betina dengan nyamuk jantan mandul. Tapi, memang jumlah ini bisa berubah sesuai dengan hasil dari monitoring populasi.
Proses produksi nyamuk jantan mandul menggunakan teknologi iradiasi sinar gamma 70 grey selama kurang lebih satu menit pada fase pupa.
“Dalam sekali penyinaran itu bisa ribuan. Jadi, kita di BATAN membiarkan nyamuk terlebih dahulu. Nyamuk yang kita tangkap, nanti akan bertelur dalam lab kita. Lalu, berubah menjadi larva, kemudian pupa. Saat inilah kita lakukan penyeleksian nyamuk jantan dan betina. Yang jantan kita iradiasi, yang betina kita persiapkan menjadi indukan lagi,” urai Beni.
Sumber: Cendananews.com