

Tersedia di Sekretariat PEI
Buku: Teknologi dan Implementasi Pengendalian Hama Utama Tanaman Lada Di Indonesia
Kata Pengantar
Perkebunan adalah salah satu sub sektor pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi, menyediakan lapangan kerja dan salah satu sumber devisa non migas lndonesia. Tanaman perkebunan,kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, cengkeh, lada, tebu, teh, tembakau, nilam, jambu mete dan kapas) sebagai lnternational brand yang menjadi identitas bangsa. Lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang masuk dalam kelompok tanaman rempah memiliki peran sangat penting dalam perekonomian dan stabilitas kehidupan bangsa. lndonesia dikenal dunia karena rempah-rempahnya antara lain lada yang diawali ketika Spanyol, VOC dan Portugis, datang ke lndonesia mengeksplor kekayaan rempah-rempah lndonesia. Kemudian Belanda karena alasan yang sama sampai menjajah lndonesia ratusan tahun- Pengembangan pengembangan dan peningkatan produksi tanaman rempah-rempah terus dilakukan, untuk memberikan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, meningkatkan devisa negara dan mempertahankan kebanggaan bangsa dan negara walaupun banyak masalah dan tantangan yang dihadapi.
Lada bukan tanaman asli lndonesia, tetapi merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan sejak sebelum PD ll. Lada Indonesia dikenal di pasaran dunia dengan brand "Muntok white Depper" dan “Lampung btack pepper'. Pada tahun 2O02 lada pernah,menempati urutan ke-empat sebagai sumber devisa negara setelah kelapa sawit, karet dan kopi. Produksi dan perdagangan lada dunia sampai saat ini masih dikuasai oleh tujuh negara yaitu Vietnam, lndonesia, lndia, Malaysia, Thailand, Brazil dan Cina. Posisi produksi maupun ekspor lada lndonesia nomor 2 setelah Vietnam, padahal luas areal lada di lndonesia 3,5 kali luas areal lada di Vietnam. Luas dan produksi lada lndonesia dari tahun ke tahun terus menurun. Rendahnya produksi lada disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : penggunaan bahan tanaman asalan yang potensi hasilnya rendah, ketidaksesuaian daerah pengembangan, belum baiknya penerapan Good Agricultural Practices (GAP), harga yang tidak stabil, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama merupakan salah satu OPT yang menjadi salah satu kendala produksi tanaman lada. Serangan hama terjadi sejak di perbenihan hingga produktif di lapangan. Hama utama tanaman lada di lndonesia adalah penggerek batang, Lophobaris piperis Marsh. (Coleoptera: Curculionidae), pengisap bunga, Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae), dan pengisap buah, Dasynus piperis China (Hemiptera: Coreidae). Penggerek batang, larvanya menyerang batang, cabang, ranting sedangkan serangga dewasanya menyerang buah, serangannnya yang berat dapat menurunkan produksi secara nyata, bahkan dapat menyebabkan
kematian tanaman. Pengisap bunga lada menyerang bunga, sejak mulai keluar bunga sampai pembentukan buah. Kerusakan yang ditimbulkan adalah bunga gagal menjadi buah dan bulir buah berkurang akibatnya produksi menurun baik kuantitas maupun kualitas. Sedangkan pengisap buah lada mengisap buah terutama buah yang masih muda, dapat menurunkan produksi, dan menurunkan kualitas buah lada.
Pada kenyataannya hama dan lingkungannya sangat kompleks. Terjadinya serangga sebagai hama dipengaruhi oleh sumber pakan, akibat dari interaksi antara komponen-komponen ekosistem dan campur tangan manusia dalam mengelolanya. Oleh karena itu mutlak harus diketahui berbagai interaksi antara komponen ekosistem, agar pengendalian hama dapat berlangsung lebih efisien, efektif dan bersahabat dengan lingkungan. Konsep pengendalian yang ramah lingkungan ada pada pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan pengendalian hama terpadu (PHT). Kedua teknologi tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumberdaya, dan kemampuan petani, serta memadukan beberapa komponen pengendalian, sehingga populasi hama berada dibawah ambang kerusakan ekonomi dan lingkungan tetap terjaga. Pengalaman petani pada masa lalu mengandalkan satu komponen pengendalian yaitu dengan pestisida sintetis saja untuk mengendalikan hama, berakibat ketergantungan petani kepada pestisida sintetis. Di sisi lain pestisida sintetis turut menimbulkan masalah yaitu terjadinya resistensi dan resurjensi hama sasaran, terbunuhnya musuh alami, terbunuhnya organisme bukan sasaran, residu pada produk, residu pada lingkungan dan air serta keracunan pada manusia, yang tidak mungkin dapat dipertanggungjawabkan pada pertanian yang berkelanjutan.
Komponen pengendalian pada ketiga hama utama lada adalah varietas tahan/toleran, fisik/mekanik, kultur teknik/budidaya, pengendalian hayati (pemanfaatan musuh alami), biopestisida dan kimiawi. Semua komponen pengendalian tersebut dapat diterapkan dan dipadukan untuk mengendalikan hama utama tanaman lada dalam sistem PHT. Pengamatan dan pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dari konsep PHT.
Ekosistem merupakan kesatuan alam yang sangat komplek susunan dan fungsinya. Ekosistem yang belum dicampuri manusia disebut ekosistem alamiah, sedangkan ekosistem yang sudah dikelola oleh manusia disebut agroekosistem. Ekosistem alamiah keragamannya sangat tinggi, sedangkan keragaman agroekosistem relatif sangat rendah. Oleh karena itu agroekosistem sangat penting dan perlu dikelola terutama pada tanaman tahunan seperti lada. Namun demikian keragaman agroekosistem pada tanaman perkebunan lebih tinggi/lebih stabil dibandingkan dengan tanaman semusim. Semakin tinggi keragaman organisme, jaring-jaring makanan semakin kompleks, maka suatu agroekosistem tersebut semakin stabil. Pengelolaan ekosistem akan berdampak kepada peningkatan populasi dan peran musuh alami. Oleh karena itu pemahaman lingkungan biotik dan abiotik sangat penting sebagai landasan keberhasilan menggunakan pengendalian secara alami. Di samping itu biologi ketiga hama utama tersebut di atas sangat mendukung untuk mempertahankan populasi musuh alami, karena Ketiganya selalu hadir dipertanaman lada, sehingga dapat terjadi pengendalian secara alami. Pengamatan dini melalui kegiatan pemantauan gejala serangan dan populasi hama akan membantu keberhasilan pengendalian. Pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama lebih diutamakan, dan dapat dipadukan dengan sistem kultur teknik yang mendukung kinerja musuh alami, melalui penyediaan pakan yaitu tanaman berbunga disekitar kebun lada. Pengelolaan tanaman lada dan pengendalian hama belum sepenuhnya diimplementasikan di lapang, akibatnya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pembinaan/pendampingan petani. Pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti
membangun untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pembangunan menaikkan mutu hidup dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Salah satu teknologi bercocok tanam yang berkelanjutan adalah pertanian organik. Pertanian organik adalah usaha tani yang memenuhi empat prinsip yaitu kesehatan, ekologi, keadilan terkait dengan lingkungan dan prinsip perlindungan, sedangkan PTT merupakan teknologi pertanian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan, efisiensi produksi, dengan memperhatikan sumber daya, dan kemampuan petani. PHT adalah bagian dari PTT merupakan usaha tani yang bertujuan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan hidup, produksi pertanian yang sehat (bebas dari residu pestisida) dan aman terhadap serangan OPT. Ketiga konsep teknologi pertanian tersebut mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu mempertahankan pelestarian lingkungan, meningkatkan produksi dan berkelanjutan.
Buku ini memfokuskan bahasan pada perkembangan teknologi pengendalian hama pada tanaman lada, dalam artian yang lebih lengkap sehingga dapat dipakai sebagai pedoman bercocok tanam lada, membantu para penentu kebijakan menyusun program
pegembangan tanaman lada yang lebih efisien dan berwawasan lingkungan menuju pertanian yang tangguh serta bermanfaat bagi para peneliti, pengamat hama, penyuluh pertanian lapangan, dan mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu hama tanaman (proteksi tanaman). Teknologi pengendalian hama utama tanaman lada merupakan integrasi dari PTT dan PHT perkebunan yang aman bagi lingkungan menurut pandangan pertanian berkelanjutan dan berdasarkan teknologi hasil penelitian. Ketiga teknologi pengendalian hama tersebut diharapkan dapat mempertahankan, meningkatkan kualitas maupun kuantitas hasil, berdaya saing dan dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di samping itu teknologi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai referensi sihingga bermanfaat untuk menambah wawasan dalam menghadapi permasalahan, pengendalian hama pada pembangunan pertanian yang sangat kompleks.
Tersusunnya buku ini merupakan ungkapan terimakasih kepada Ida Pedanda Gede Nyoman Djelantik Oka (Prof. lda Nyoman Oka, SP. PhD, Ahli Peneliti Utama, Purnabakti Guru Besar Entomologi pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ahli Peneliti Utama pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik lndonesia, sebagai pembimbing, mengarahkan, dan sebagai panutan serta pemberi inspirasi selama bekerja di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, yang sangat berguna untuk mengembangkan pengendalian OPT, sehingga sampai pada fungsional tertinggi pada Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Ungkapan terimakasih kepada Marsekal Muda (Purnawirawan) I Gusti Bagus Wirya, Tokoh Umat Hindu, sebagai panutan, menginspirasi dan memotivasi serta memberikan dorongan moril, sehingga tersusun buku ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. (Riset) Dr. lr. Elna Karmawati, Prof. (Riset). Dr. lr. Deciyanto Soetopo, MS., Prof. lr. Y. Andi Tnsyono, MSc., PhD, Guru Besar pada Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Prof. Dr. lr. I Wayan Supartha, MS., Guru Besar pada Fakultas Pertanian, Universitas Udayana-Bali dan Dr. lr. Dono Wahyuno (sebagai Tim Penyunting). Terima kasih kepada Prof. (Riset) Dr. lr. Agus Kardinan, MSc., Dr. lr. Djoko Pitono, M.Agr., Dr. lr. Wiratno, M.Evt. Mgt., Prof. (Riset) Dr. lr. Rosihan Rosman, MS., Dr. lr. R R. Setyowati Retno Djiwanti, Dr. Dra. Otih Rostiana, MSc., Dr. lr. Molide Rizal, Dr. Drs. lwa Mara Trisawa, MSi., dan Rohimatun, SP., MP. yang telah memotivasi, menginspirasi dan memeriksa buku ini berikut saran-sarannya. Terimakasih kepada Miftahudin dan Eko Hamidi yang telah membantu setting.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. TANAMAN LADA
2.1. Arti Ekonomi Lada
2.2. Biologi Tanaman Lada
2.3. Wilayah PengembanganTanaman Lada
2.4. BudidayaTanaman Lada
2.5. Pasca Panen Lada
III. HAMA TANAMAN, PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU, PENGENDALIAN HAMA TERPADU DAN PERTANIAN ORGANIK
3.1. Hama Tanaman
3.2. PengelolaanTanamanTerpadu
3.3. Pengendalian Hama Terpadu
3.4. Pertanian Organik
IV. HAMA UTAMATANAMAN LADA
4.1. Penggerek Batang Lada (Lophobaris piperis Marsh)
4.1.1. Morfologi dan Biologi
4.1.2. Ekologi Lophobaris piperis
4.1.3. Sebaran dan Gejala Kerusakan
4.2. Pengisap Buah Lada (Dasynus piperis China)
4.2.1. Morfologi dan Biologi
4.2.2. Ekologi Dasynus piperis
4.2.3. Sebaran Gejala Kerusakan
4.3. Pengisap Bunga Lada (Diconocoris Hewetti Dist.)
4.3.1. Morfologi dan Biologi
4.3.2. Ekologi Diconocoris Hewetti
4.3.3. Sebaran dan Gejala Kerusakan
V. KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA UTAMA LADA
5.1. Varietas Tahan
5.2. Kultur Teknis
5.3. Pengendalian Hayati
5.4. Fisik Mekanik
5.5. Biopestisida
5.6. Pestisida Kimiawi
5.7. Pengendalian dengan Peraturan/Rugulasi/Karantina
VI. PERSPEKTIF TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA UTAMA LADA
6.1. Implementasi PHT Lada dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu
6.2. lmplementasi PHT Lada dalarn Sistem Pertanian Organik
6.3. Permasalahan dan Tantangan Pengengembangan Lada
6.4. Prospek Pengembangan Lada
6.5. Strategi dan Program ke Depan
Pemesanan buku silahkan menghubungi Sekretariat PEI
Email: peipusat@yahoo.com
Telp: 0251 8621267
Harga Rp. 150.000