Memasuki musim hujan, petani cabai melakukan antisipasi. Mereka meminimalisasi lahan yang berpotensi tergenang air. Karena bisa membuat busuk tanaman cabai.
Gangguan yang bisa muncul berupa hama patek, liyer, dan lalat buah. Salah seorang petani cabai di Dusun Turgo, Desa Harjobinangun, Pakem Nur Hantoro mengaku lahan cabainya sempat diserang patek.
“Hujan deras tiga hari membuat sebagian tanaman cabai kena patek. Ada sekitar dua sampai tiga tanaman,” kata Hantoro, Minggu (18/11).
Selain menghambat pertumbuhan, warna cabai pada musim hujan akan menghitam. Pada musim kemarau, warna hitam tersebut bisa cepat hilang. Namun pada musim hujan baru bisa hilang setelah tiga hari.
Kata dia, saat ini harga cabai tidak stabil. Padahal Sleman memiliki pasar lelang cabai. Harga cabai keriting Rp18.000 per kilogram.
“Memang ada penurunan harga. Namun itu karena distribusi pengiriman yang terganggu. Penurunan harga hingga Rp 3.000,” ungkapnya.
Ketua Gapoktan Purwo Agro Mandiri, Soleh Rosyad mengatakan, pada musim hujan petani cabai memilih tidak menanam cabai. “Jika hujan terus menerus akan merusak tanaman cabai,” ungkapnya.
Kabid Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Edy Sri Harmanta menjelaskan, petani dapat mengantisipasi patek dengan mengakali pola tanam. “Memberi jarak antar-tanaman agar sirkulasi udara lancar dan mengurangi kelembaban,” kata Edy.
Penyemprotan fungisida juga penting. Merupakan langkah preventif pencegahan patek. “Perhatikan sistem irigasi agar tanaman tidak membusuk,” kata dia.
Sumber: Radarjogja.co.id