• +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org; peipusat@yahoo.com
  • Register
  • Log in
  • BERANDA
  • PROFIL PEI
    • Sejarah PEI
    • Pengurus Pusat
    • Pengurus Cabang
    • History PEI
  • AD-ART
    • ART
    • AD
  • KEGIATAN
  • KEANGGOTAAN
  • PUBLIKASI
    • JEI
    • Prosiding
    • Buku
    • IDEA
    • Presentasi
  • GALERI
    • Foto
    • Puisi
    • Video
  • ICCESI 2019
  • ICCESI 2023

Disebut Pengganti Daging, Belatung Akan Ditambahkan ke Dalam Sosis

07 MAY 2019

Baru-baru ini para peneliti dari Australia, menggabungkan serangga seperti belatung hingga belalang ke dalam sejumlah makanan khusus. Salah satunya sosis.

Belatung atau serangga masih jadi topping yang aneh dan sedikit ekstrem, jika digabungkan sebagai campuran sosis. Hal ini lah yang menjadi fokus penelitian, para ilmuwan makanan di University of Queensland, di Brisbane, Australia.

Dikabarkan Fox News (02/05), menurut Profesor Dokter Louwrens Hoffman, produksi ternak konvensional akan segera kehabisan stok. Sehingga tidak bisa lagi memenuhi permintaan global untuk daging. Sehingga mereka mulai mencari alternatif dari pasokan makanan lain, yang memiliki sumber protein yang tinggi.

"Dunia sudah kelebihan penduduk, dan mereka akan kesulitan untuk menemukan sumber protein kecuali mereka membuka pikiran dan perut mereka, untuk gagasan makanan yang jauh lebih luas," tutur Hoffman.

"Apakah Anda mau mengonsumsi sosis yang terbuat dari belatung? Bagaimana dengan serangga larva, atau serangga utuh lainnya? Potensi terbesar dari produksi protein berkelanjutan ini terletak pada serangga, dan sumber tanaman baru," lanjutnya.

Queensland Alliance for Agriculture and Food Innovation (QAAFI), merupakan tim yang berfokus untuk menyamarkan serangga dalam makanan yang sudah disiapkan.

"Dengan kata lain, protein dari serangga perlu dimasukkan ke dalam produk makanan sebagai salah satu bahan makanan. Salah satu murid saya, baru saja membuat es krim yang enak dari serangga," ungkap Hoffman.

Dalam diskusinya tentang kaitan pengganti protein. Hoffman juga membahas tentang daging kangguru, yang dianggap ideal karena tidak dibutuhkan lahan rumput untuk mereka berkembang biak.

"Unggas adalah industri yang besar di dunia, industri ini berada di bawah tekanan untuk mencari alternatif protein lainnya yang lebih ramah lingkungan, dibandingkan yang sekarang tengah digunakan. Jadi semuanya cukup logis untuk beralih ke belatung atau serangga," pungkas Hoffman.

Sebelumnya serangga dan cacing juga dipertimbangkan untuk dikembangkan menjadi pakan hewan.

 

 

 

 

Sumber: Detik.com

Artikel Lainnya


  • Petani Cabai Gunakan Tanaman Terong untuk Tangkal Hama
  • Webinar PEI, Tema: Pengelolaan Penggerek Batang Padi Kuning ( Scirpophaga incertulas) Berbasis Feromon
  • Hama Walang Sangit, Turunkan Produksi Padi di Lamsel
  • Masa Replanting, Kelapa Sawit Rentan Serangan Kumbang Tanduk
  • Hama Wereng dan Ulat

Sekretariat Perhimpunan Entomologi Indonesia: Jalan Kamper Kampus IPB Dramaga, Wing 7 Level 5, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat, 16680, Indonesia

  • +62251-8629362
  • info@pei-pusat.org
  • peipusat@yahoo.com
Media sosial
Twitter Timeline
Tweets by pei_pusat
Berita Terbaru
Buku Pengembangan Insektisida Nabati untuk Pertanian

Jul 28,2023

Merchandise PEI: Kaos dan Topi

Jul 26,2023

Buku: Rekayasa Ekologis dan Rapid Biodiversity Assessment di Agroekosistem: Untuk Konservasi Serangga Berguna

Jul 06,2023

Webinar Nasional "Cermat Menakar Manfaat Insektisida Dalam Implementasi Pengelolaan Hama Terpadu"

Nov 23,2022

Tautan
PEI Cabang Yogyakarta
PEI Cabang Palembang
Perlindungan Tanaman
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Submit Abstract ICCESI 2019
Form Keanggotan PEI
Flag Counter

Copyright ©2017 Perhimpunan Entomologi Indonesia. All Rights Reserved

Powered by SevenLight.ID