

Seorang jurnalis asal Prancis dan sejumlah aktivis hewan mendesak masyarakat untuk tidak membunuh nyamuk dan membiarkan serangga tersebut mengisap darah manusia. Pernyataan tersebut dikatakan di tengah maraknya kasus demam berdarah yang menimpa negara Asia Tenggara.
Adalah Aymeric Caron, pria yang sangat vokal dalam menyuarakan hal tersebut. Ia menggambarkan dirinya sebagai anti-specists. Ia menyarankan masyarakat untuk membiarkan nyamuk mengisap darah mereka untuk membantu serangga tersebut mendapatkan protein untuk telur-telur mereka.
Sebagaimana diketahui Anti-specist adalah sekelompok orang yang menentang diskriminasi terhadap spesies apa pun dan berpendapat bahwa mereka harus diperlakukan sama dengan makhluk hidup lainnya. Tentunya hal ini terlihat sangat bodoh, mengingat nyamuk adalah sebuah hama yang membawa banyak penyakit.
Caron mengatakan bahwa untuk menghindari diri dari gigitan nyamuk, maka cara terbaik yang bisa dilakukan adalah mengolesi penolak nyamuk alami seperti citronella, minyak lavender atau bawang putih. Selain itu mencuci pakaian secara teratur dan menghindari penggunaan parfum juga bisa menjadi cara untuk menghindari dari serangan nyamuk.
Jika cara tersebut gagal, Caron pun menyarankan masyarakat untuk mengikuti saran yang diberikan Albert Schweitzer seorang filsuf sekaligus perintis perlindungan hewan.
“Di Afrika, di mana ada malaria, masyarakat membiarkan dirinya membunuh nyamuk. Di Prancis, di mana mereka tidak ofensif, masyarakat membiarkan dirinya digigit,” tutur jurnalis asal Prancis tersebut, sebagaimana dilansir dari Next Shark, Rabu (7/8/2019).
Malaria adalah hal yang serius dan terkadang bisa berakibat fatal. Ini merupakan salah satu dari banyak penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit lain banyak yang menyebabkan sakit parah bahkan kematian terutama pada orang yang terinfeksi virus West Nile, demam kuning, virus Zika dan demam berdarah.
Banyak negara di Asia Tenggara saat ini dalam keadaan siaga tinggi karena departemen kesehatan negara-negara di kawasan tersebut memperingatkan tentang wabah demam berdarah. Virus ini kabarnya menginfeksi ratusan ribu orang dan menyebabkan meningkatnya jumlah kematian.
Biro Epidemiologi di Departemen Pengendalian Penyakit Thailand merilis data yang melaporkan adanya kasus demam berdarah sebanyak 44.671 di negara tersebut dengan 62 kematian yang tercatat pada 9 Juli 2019.
Selain data dari Kamboja mengungkapkan 13.000 kasus orang yang terinfeksi demam berdarah dengan 24 kematian pada 24 Juni 2019. Sementara itu Malaysia mengalami peningkatan demam berdarah dua kali lipat dari tahun lalu yakni sebanyak 32.759.
Data organisasi kesehatan dunia menunjukkan 68.950 orang telah terinfeksi dan 102 orang meninggal dunia pada 13 Juli 2019. Jumlah kasus demam berdarah tumbuh secara eksponensial di seluruh negeri. Sekira 146 ribu kasus pasien demam berdarah telah tercatat pada akhir Juli.
Jumlah kasus meninggal karena virus tersebut tidak terungkap, namun WHO menyatakan sudah ada 456 kematian tercatat hingga 29 Juni 2019.
Sumber: Okezone.com