• +62251-8621267
  • info@pei-pusat.org; peipusat@yahoo.com
  • Register
  • Log in
  • BERANDA
  • PROFIL PEI
    • Sejarah PEI
    • Pengurus Pusat
    • Pengurus Cabang
    • History PEI
  • AD-ART
    • ART
    • AD
  • KEGIATAN
  • KEANGGOTAAN
    • Form Pendaftaran
    • Konfirmasi Pembayaran
  • PUBLIKASI
    • JEI
    • Buku
    • Prosiding
    • IDEA
    • Presentasi
  • BERITA
  • GALERI
    • Foto
    • Puisi
    • Video
  • KONTAK
  • ICCESI 2019

Pohon akasia dan semut berkawan erat, ini asal muasalnya

21 AUGUST 2019

Para peneliti melakukan observasi dan melakukan penlitian untuk mencari sumber hubungan mutualisme akasia dengan semut. Mereka melakukan penelitian dengan menanam bibit akasia di dalam laboraturium.  

Pada tahun 1960, Dan Janzen, ahli biologi Universitas Pennsylvania telah menjelaskan hubungan mutualisme antara pohon akasia dengan semut.

Akasia memproduksi struktur khusus yang berfungsi untuk pertahanan diri sekaligus pakan semut. Sebagai gantinya, semut melindungi tanaman dari ancaman para herbivora.

Penelitian baru yang tercatat dalam laporan National Academy of Sciences, rekan kerja Janzen di Penn membongkar instrumen genetika yang memprogram hubungan akasia dengan semut.

Ahli Biologi Tanaman asal Penn, Scott Poething bersama Aaron Leichty dan Davis, Peneliti dari Universitas California menunjukkan bagian dari fenomena age-dependent dalam perkembangan tanaman.

Akasia mengembangkan struktur yang dibutuhkan tanaman untuk memberi makan koloni semut. Struktur yang dimaksud adalah lubang dan ranting yang menjadi rumah semut. Struktur menghasilkan beltian alias pucuk daun akasia mengandung gizi dan madu menjadi makanan para semut.

Poethig mengatakan ada hal yang dikorbankan akasia saat mengembangkan sifat tersebut meskipun sampai hampir mati. Tanaman ini tidak mempunyai pilihan lain karena mereka membutuhkan koloni semut bersarang di tubuhnya.  

Dan Janzen menunjukkan tidak ada semut, tidak ada tanaman. Tanaman ini menjadi makanan belalang hingga tikus,  

"Ada pengorbanan yang terjadi. Kami menemukan sifat ini telah berevolusi di luar jalur yang mengatur perkembangan transisi tanaman," kata Dan Janzen.

Dengan memegang bibit akasia, Leichty mulai membuat strategi untuk menanam dan meneliti tanaman ini di laboratorium. Berbekal tanaman yang sudah berkembang, dia mengobservasi hal yang janzen lihat di alam liar setengah abad sebelumnya.

"Tentu saja, sifat tersebut muncul tapi tidak dengan cepat," kata Leichty.  

Janzen menganggap temuan ini telah mendukung penemuan lapangannya. Penelitian tersebut membuatnya harus memadukan penelitian laboratorium dan investigasi lapangan.  

National Science Foundation, Divisi Sistem Organisme Integratif mendanai penelitian ini.

 

 

 

Sumber: National Science Foundation 

Kontan.co.id 

Artikel Lainnya


  • Menyulap Tempat Sampah Jadi Taman Kupu-Kupu
  • Disebut Pengganti Daging, Belatung Akan Ditambahkan ke Dalam Sosis
  • Webinar: "Kupas Tuntas: Pengelolaan Wereng Cokelat dan Virus Kerdil pada Padi"
  • Beli Permata di Indonesia, Bule Ini Temukan Makhluk Misterius

Sekretariat Perhimpunan Entomologi Indonesia: Jalan Kamper Kampus IPB Dramaga, Wing 7 Level 5, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat, 16680, Indonesia

  • +62251-8621267
  • info@pei-pusat.org
  • peipusat@yahoo.com
Media sosial
Twitter Timeline
Tweets by pei_pusat
Berita Terbaru
Pelatihan identifikasi Kutukebul, tanggal 13 Februari 2021.

Feb 18,2021

Seminar Nasional dan Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung

Dec 14,2020

Pelatihan online Entomologi Kesehatan: Pengendalian Kutu Busuk Terpadu

Nov 27,2020

WEBINAR "Pemanfaatan Feromon dan Agens Biologi untuk Pengendalian OPT Kakao"

Nov 23,2020

Tautan
PEI Cabang Yogyakarta
PEI Cabang Palembang
Perlindungan Tanaman
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Submit Abstract ICCESI 2019
Flag Counter

Copyright ©2017 Perhimpunan Entomologi Indonesia. All Rights Reserved

Powered by SevenLight.ID