

BENTUK ulat sagu dan informasi tentangnya mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kendati demikian, belum semua orang pernah melihat, memegang, atau bahkan mencicipi langsung ulat sagu. Di daerah-daerah Indonesia bagian timur, ulat sagu cukup mudah ditemui, karena pohon sagu banyak tumbuh di alamnya. Ulat sagu juga menjadi makanan khas daerah Indonesia bagian timur dan cukup banyak cara pengolahannya.
Dalam rangkaian Festival Teluk Jailolo (FTJ) 2018, suatu artikel yang dikutip dari Okezone menceritakan kesempatan untuk menjelajahi Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dan memburu ulat sagu, yang disebut sabeta dalam bahasa daerah setempat. Untuk bisa memburu ulat sagu, harus menempuh perjalanan sekira satu jam dari pusat Jailolo ke Desa Bukubualawa di Gunung Manyasa yang artinya menyesal. Jalan menurun, menanjak, dan berkelok di Gunung Manyasa harus dilewati dengan hati-hati. Setelah tiba, sambutan penduduk Desa Bukubualawa begitu hangat. Rombongan langsung diarahkan ke kebun yang banyak tumbuh pohon sagu.
Beberapa bapak-bapak warga lokal mendampingi rombongan untuk memburu ulat sagu. Di Jailolo sendiri sabeta atau ulat sagu bisa dimakan langsung, atau dimasak dengan bumbu santan, disate, dipepes, dan sambal rica.Batang pohon sagu yang sudah didiamkan itu kemudian di belah-belah dan dicari ulat sagu atau sabetanya. Tapi, hanya ulat sagu yang masih hidup saja yang bisa diolah atau dimakan, sebab jika sudah terlalu lama hidup dalam batang sagu, ulat akan berubah menjadi kumbang berwarna hitam. "Sabeta dikumpulkan, lalu ditempatkan di dalam bambu kemudian diolah," pungkasnya.
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan nutrisi ulat sagu terutama lemak dan protein baik bagi bahan pangan. Kandungan protein kasar pada ulat sagu cukup tinggi yaitu 32,54%. Ulat sagu mengandung 16 asam amino, 8 diantaranya adalah asam amino esensial yaitu Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Threonin, Valin, dan Triptofan. Berikut publikasi yang cukup menarik terkait kandungan nutrisi ulat sagu serta potensinya sebagai pangan alternatif di kawasan rural, studi kasus Sulawesi Selatan “Sago worms as a nutritious traditional and alternative food for rural children in Southeast Sulawesi, Indonesia.”
Sekilas mengenai Ulat sagu Rhynchophorus ferrugineus (Coleoptera: Curculionidae)
Sabeta atau ulat sagu yang dikonsumsi masyarakat Jailolo juga umum dikonsumsi masyarakat di daerah lain seperti di Kalimantan (Suku Dayak dan Melanau) dan Papua (Suku Asmat, Korowai, dan Kombai). Dalam sejarahnya, kumbang sagu Rhynchophorus ferrugineus (Olivier, 1790) atau dalam bahasa internasional disebut (red palm weevil) merupakan kumbang yang berasal dari daerah tropis di Asia kemudian menyebar hingga Afrika dan Eropa. Kumbang ini pertama kali dilaporkan keberadaanya di Spanyol pada tahun 1994 dan di Perancis pada tahun 2006. Kumbang ini kemudian dilaporkan menjadi hama utama pada pertanaman kelompok palem di seluruh dunia dengan total kurang lebih 19 jenis spesies palem sebagai tanaman inang, termasuk kelapa sawit, kurma, dan sagu.
Ciri khas imago kumbang ini yaitu bewarna merah kecoklatan dengan beberapa bintik hitam pada bagian punggung (pronotum) yang membedakan antara kumbang jantan dan betina. Imago meletakkan telur pada jaringan pohon sagu melalui lubang alami seperti bekas luka pada batang. Telur kemudian menetas menjadi larva (ulat) yang bewarna putih kekuningan, tidak mempunyai tungkai, kepala bewarna gelap dengan alat mulut mandibulata yang kuat berfungsi untuk memakan jaringan tanaman sagu. Ulat kemudian akan menyelimuti dirinya dengan serat pohon dan berubah wujud menjadi pupa/kepompong sebelum menjadi kumbang dewasa. Total siklus hidup kumbang sagu yaitu kurang lebih selama 7-10 minggu.
Siklus hidup kumbang R. ferrugineus A.) Telur, B.) Larva/Ulat, C.) Pupa/Kepompong, D.) Dewasa/Imago
Sumber foto dan artikel:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180505211402-262-295994/pepes-ulat-sabeta-kuliner-khas-dari-jailolo
http://carnivoraforum.com/topic/10105496/1/
https://www.researchgate.net/publication/303483222_Factors_influencing_the_mobility_of_Red_palm_weevil_Rhynchophorus_ferrugineus_Coleoptera_Dryophthoridae_adults/figures?lo=1
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/05/02/406/1893495/jelajah-jailolo-petualangan-seru-berburu-ulat-sagu-di-alam-liar